CONTENDING IDENTITY IN THE ISLAMIC RITUAL: The Slametan among Surinamese Javanese Muslims in The Netherlands
Wacana tentang slametan dalam masyarakat Muslim Surinam keturunan Jawa di Belanda sesungguhnya, di satu sisi, merepresentasikan sebuah pertarungan identitas kultural keagamaan di antara mereka dan, di sisi lain, menunjukkan sebuah hubungan yang kompleks antara Islam ‘resmi’ dengan tradisi Jawa. Tulisan ini membuktikan bahwa praktek slametan dalam masyarakat Muslim Surinam keturunan Jawa di Belanda ternyata hampir tidak mengalami perubahan. Perubahan yang ada hanya berkaitan dengan aksesoris upacara sebagai akibat dari penyesuaian terhadap kondisi geografis dan iklim setempat. Hal ini tidak ada... Mehr ...
Verfasser: | |
---|---|
Dokumenttyp: | Artikel |
Erscheinungsdatum: | 2005 |
Reihe/Periodikum: | Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies, Vol 43, Iss 2, Pp 283-308 (2005) |
Verlag/Hrsg.: |
State Islamic University Sunan Kalijaga
|
Schlagwörter: | Islam / BP1-253 |
Sprache: | Arabic Englisch Indonesian |
Permalink: | https://search.fid-benelux.de/Record/base-29588728 |
Datenquelle: | BASE; Originalkatalog |
Powered By: | BASE |
Link(s) : | https://doi.org/10.14421/ajis.2005.432.283-308 |
Wacana tentang slametan dalam masyarakat Muslim Surinam keturunan Jawa di Belanda sesungguhnya, di satu sisi, merepresentasikan sebuah pertarungan identitas kultural keagamaan di antara mereka dan, di sisi lain, menunjukkan sebuah hubungan yang kompleks antara Islam ‘resmi’ dengan tradisi Jawa. Tulisan ini membuktikan bahwa praktek slametan dalam masyarakat Muslim Surinam keturunan Jawa di Belanda ternyata hampir tidak mengalami perubahan. Perubahan yang ada hanya berkaitan dengan aksesoris upacara sebagai akibat dari penyesuaian terhadap kondisi geografis dan iklim setempat. Hal ini tidak ada artinya dibandingkan dengan antusiasme yang sangat besar —khususnya bagi kelompok masyarakat Muslim Kejawen— untuk melestarikan semua warisan budaya dari pendahulu mereka yang adalah orang Jawa. Tulisan ini pada akhirnya menunjukkan adanya pertarungan identitas antara kelompok Muslim Kejawen yang bangga dengan “agama jawa”-nya dan kelompok moderat dan reformis yang ingin menjadi Muslim yang sebenarnya.