Kisah Negeri Saba’ dalam al-Quran (studi kritis pemahaman Fahmi Basya)

Dalam konteks keilmuan, kritik adalah sesuatu yang harus dilakukan. Sebab, dalam ilmu pengetahuan tidak ada yang nemanya kebenaran mutlak. Oleh sebab itu, kritik dimaksudkan untuk lebih dekat dengan kebenaran. Apalagi terkait sejarah atau kisah masa silam, tentu bukti dan sumber sejarah dapat berkembang sedemikian rupa sesuai dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian ini mengkaji pemahaman Fahmi Basya yang berbeda dengan pemahaman atau penafsiran dengan tafsir pada umumnya. Sehingga dalam ada beberapa hal penulis ajukan dalam penelitian ini: 1) bagaimana... Mehr ...

Verfasser: Najib, Muhammad
Dokumenttyp: Abschlussarbeit
Erscheinungsdatum: 2016
Schlagwörter: 297.1226 Interpretation and Criticism
Sprache: Indonesian
Permalink: https://search.fid-benelux.de/Record/base-27651597
Datenquelle: BASE; Originalkatalog
Powered By: BASE
Link(s) : https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/5867/

Dalam konteks keilmuan, kritik adalah sesuatu yang harus dilakukan. Sebab, dalam ilmu pengetahuan tidak ada yang nemanya kebenaran mutlak. Oleh sebab itu, kritik dimaksudkan untuk lebih dekat dengan kebenaran. Apalagi terkait sejarah atau kisah masa silam, tentu bukti dan sumber sejarah dapat berkembang sedemikian rupa sesuai dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian ini mengkaji pemahaman Fahmi Basya yang berbeda dengan pemahaman atau penafsiran dengan tafsir pada umumnya. Sehingga dalam ada beberapa hal penulis ajukan dalam penelitian ini: 1) bagaimana Pemahaman Fahmi Basya tentang ayat ayat kisah Negeri Saba’, dan 2) sejauhmana keabsahan pemahaman Fahmi Basya. Adapun skripsi ini menggunakan jenis-jenis penelitian kualitatif yang berupa library research. Sementara itu, pengumpulan data dengan cara dokumentasi, yakni buku Candi Borobudur dan Peninggalan Nabi Sulaiman karya Fahmi Basya dan juga dari berbagai sumber terkait. Pada tahap berikutnya, analisis dilakukan dengan investigasi tekstual pemahaman Fahmi Basya, yang tertera dalam buku tersebut. Secara lebih spesifik, Fahmi Basya menyodorkan 40 fakta terkait Indonesia dalah Negeri Saba’ dan Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman. Lebih menukik pada pembahasan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman Fahmi Basya yang berbeda dengan ulama tafsir setidak-tidaknya disebabkan oleh dua problem. Dan problem ini sekaligus menjadi latar belakang pemahaman Fahmi Basya yang berbeda itu. Pertama, problem metodologis. Orang Indonesia yang mendalami dunia kepurbalakaan berdasarkan Alquran sangat sedikit dan belum ada. Hal ini didasarkan atas fakta bahwa penafsiran atau karya tafsir Alquran di Indonesia pertama dalam bahasa Indonesia baru terbit pada tahun 1928, yakni ” Alfurqon” karya A. Hasan. Untuk itu, Fahmi Basya melakukan sebuah penelitian kepurbakalaan berdasarkan Alquran. Selain itu, Fahmi Basya juga menggunakan pendekatan matematis. Jadi, berdasarkan hitungan matematis, balok yang ada di Candi Borobudur jumlah ...