HISTORIOGRAFI POLITIK SABAH: Political Historiography of Sabah

Wacana rekonstruksionisme merupakan sebuah wacana yang amat penting untuk dikedepankan khususnya dalam perbahasan ilmu di negara Malaysia yang masih agak ‘muda’. Hal ini demikian kerana bidang ilmu kita yang masih banyak dipengaruhi oleh pengaruh Barat atau bersifat Eurocentrism yang harus dipandang dengan lensa skeptisme. Rekonstruksi semula terhadap segala bidang ilmu yang pernah didominasi oleh wacana Barat merupakan suatu usaha untuk melepaskan diri daripada suatu ‘kepalsuan’ realiti yang telah dibingkaikan oleh mereka (Kuasa Barat) terhadap kita (Kaum Terjajah). Apabila menelaah karya-kar... Mehr ...

Dokumenttyp: Artikel
Erscheinungsdatum: 2021
Verlag/Hrsg.: Penerbit UMS
Schlagwörter: Historiografi Politik Sabah
Sprache: Englisch
Permalink: https://search.fid-benelux.de/Record/base-26873258
Datenquelle: BASE; Originalkatalog
Powered By: BASE
Link(s) : https://jurcon.ums.edu.my/ojums/index.php/JBA/article/view/3527

Wacana rekonstruksionisme merupakan sebuah wacana yang amat penting untuk dikedepankan khususnya dalam perbahasan ilmu di negara Malaysia yang masih agak ‘muda’. Hal ini demikian kerana bidang ilmu kita yang masih banyak dipengaruhi oleh pengaruh Barat atau bersifat Eurocentrism yang harus dipandang dengan lensa skeptisme. Rekonstruksi semula terhadap segala bidang ilmu yang pernah didominasi oleh wacana Barat merupakan suatu usaha untuk melepaskan diri daripada suatu ‘kepalsuan’ realiti yang telah dibingkaikan oleh mereka (Kuasa Barat) terhadap kita (Kaum Terjajah). Apabila menelaah karya-karya akademik yang dihasilkan oleh sarjana Barat, pasti akan ditemukan unsur dan penisbahan yang bersifat merendahkan dan jahat oleh mereka terhadap masyarakat peribumi. Penolakan secara total terhadap segala yang telah ditumpahkan oleh sarjana Barat ke dalam penulisan dan pengkajian mereka tentang masyarakat peribumi jelas adalah tindakan yang tidak adil. Hal ini demikian kerana di dalam hasil karya mereka itu, terselit kebenaran dan fakta yang boleh kita terima sebagai suatu sumbangan ilmu. Walaupun demikian, penerimaan tersebut haruslah dilakukan dengan cara yang bijak, jika tidak kita akan tergolong dalam golongan yang disebutkan oleh Syed Hussein Alatas sebagai “minda tertawan.”