MENEMUKAN MUATAN ṢŪFĪ ISYARĪ DALAM TAFSIR ALQUR’ĀN AL-AẒIM KARYA AL-TUSTARĪ (STUDI TEMATIK AYAT-AYAT SABAR)
Tulisan ini membahas mengenai pengertian dan penjelasan ayat ayat sabar didalam alQur’an dalam perspektif mufassir sufi, yakni al-Tustarī. Sebagai seorang sufi, Tustarī menggunakan pendekatan sufistik dan pendekatan isyarī ketika menafsirkan ayat-ayat bertema sabar. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dan metode yang digunakan adalah metode tafsīr mawḍu’i. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa hakikat Sabar dalam pandangan Tustarī adalah keridhaan dan taṣdīq al-ṣidq atau dapat disebut juga dengan sikap tawakkal dan musyāhadaḧ (sikap iḥsān). Yang pertama bermakna penye... Mehr ...
Verfasser: | |
---|---|
Dokumenttyp: | Abschlussarbeit |
Erscheinungsdatum: | 2024 |
Schlagwörter: | 001 Ilmu Pengetahuan / 000 Karya Umum |
Sprache: | Englisch |
Permalink: | https://search.fid-benelux.de/Record/base-26872775 |
Datenquelle: | BASE; Originalkatalog |
Powered By: | BASE |
Link(s) : | http://repository.uin-suska.ac.id/77756/ |
Tulisan ini membahas mengenai pengertian dan penjelasan ayat ayat sabar didalam alQur’an dalam perspektif mufassir sufi, yakni al-Tustarī. Sebagai seorang sufi, Tustarī menggunakan pendekatan sufistik dan pendekatan isyarī ketika menafsirkan ayat-ayat bertema sabar. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dan metode yang digunakan adalah metode tafsīr mawḍu’i. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa hakikat Sabar dalam pandangan Tustarī adalah keridhaan dan taṣdīq al-ṣidq atau dapat disebut juga dengan sikap tawakkal dan musyāhadaḧ (sikap iḥsān). Yang pertama bermakna penyerahan diri secara totalitas kepada kehendak Allah sedangkan yang kedua bermakna keyakinan secara totalitas pula akan pengawasan Allah. Batas waktu kesabaran dalam pandangan tustari selama waktu yang dibutuhkan untuk menunggu pembebasan (Intiẓār al-faraj) dari Allah yang hanya diketahui oleh si hamba dan sang Khaliq. Intiẓār al-faraj merupakan kebutuhan hidup para nabi dan ṣiddiqun dimana kesabaran telah menjadi jalan hidup dan sumber ketenangan mereka. Hal inilah yang akan mengarahkan kepada ṣabr jamīl (sabar yang indah), sebuah bentuk kesabaran yang dimiliki oleh para nabi dan para ahl al-ma’rifaḧ (ṣiddiqun), yaitu kesabaran tanpa keluhan kepada selain Allah dan tanpa sikap yang berlebihan-lebihan. Tafsīr Tustarī menggunakan metode tafsir al-Ijmālī. Faktor internal yang mempengaruhi penafsiran Tustarī adalah: Guru-guru Tustarī, Mazhab dan Affiliasi Tustarī, serta pengalaman batin dari Tustarī sendiri. Faktor eksternal yang mempengaruhi penafsiran Tustarī tidak penulis temukan. baik itu informasi pelatihan intelektual alTustarī, buku-buku yang mungkin dibacanya maupun tentang ketertarikan filosofis yang mungkin dipelajarinya.